Batu Hitam Itu Ternyata Emas

 


Perjumpaan saya dengan Rismanto terjadi secara kebetulan. Ia menunjukkan karya—karyanya kepada saya. Ketika itu ia mengatakan, ingin sungguh-sungguh menjadi pelukis, Melihat karyanya, dan melalui percakapan dengannya, dengan cepat saya menangkap suatu bakat yang besar, niat yang sungguh—sungguh, dan yang sangat penting. karakter yang kuat. Ia terbiasa dengan kondisi rumit dan tertantang dengan kerja keras. Itulah modal utama dirinya.

Dalam mendorong dan mendukung sejumlah seniman, sejauh ini, saya berkeyakinan. ibarat menemukan batu hitam di jalan, kemudian saya gosok, dan akhimya menjadi emas. Tentu saja dalam proses menggosok ini, saya dibantu oleh banyak pihak. sesuai dengan bidang dan kapasitas masing—masing. Kepada Rismanto saya mengatakan, “jika sudah bertekad bulat menjadi pelukis, harus terus memandang ke depan, bukan melihat ke belakang”. Kata—kata saya, rupanya menjadi daya dorong yang kuat baginya.

Dalam perjalanan kepelukisannya, Rismanto saya pertemukan dengan Suwamo Wisetrotomo dan Ong Hari Wahyu, agar memperoleh masukan. memperkaya ide—idenya, dan terutama dorongan semangat. Dari pertemuan itu, terlihat Rismanto mengalami banyak kemajuan, tidak saja dari segi teknik. tetapi juga gagasannya.

Saya terkesan dengan perkataan Rismanto. “Saya ingin orang yang melihat karya saya, siapapun mereka, dapat merenung. Saya berharap karya saya tidak berhenti hanya di mata”. Kata-kata itu bagi saya merupakan suatu tanda, bahwa Rismanto tidak hanya memikirkan keindahan atau teknik yang bagus. tetapi juga karya seni yang memiliki makna yang menyentuh orang lain yang menontonnya. Melihat cara kerjanya, semangatnya, hasil—hasil karyanya, saya sangat optimis bahwa Rismanto akan menuai kesuksesan. [Agung Tobing]

Comments