Menimba Pengalaman Estetik dari kerja

 


Perkenalan saya dengan Rismanto terjadi pada awal tahun 2004 di rumah kontrakan sahabat saya, seorang seniman patung yang bertetangga dengan rumah orang tua Rismanto di dusun Plurugan, Tirtonirmolo, kasihan, Bantul, Yogyakarta. Kami bertiga sering mengobrol sambil minum kopi.

Bebebrapa waktu kemudian, tongkrongan saya berpindah tempat, yakni kamar kerjanya Rismanto, yang kebetulan sedang membuat beberapa sketsa. kala itu Rismanto masih bekerja sebagai animator di Bening Studio, namun ia mulai gelisah dengan pekerjaannya itu, yang menurutnya kurang sesuai dengan jiwanya. Kami sering mengobrol hingga larut malam.

Sambil mengobrol biasanya Rismanto membuat karya-karya drawing dengan mempergunakan media kertas linen dan pensil warna. Karya-karya drawingnya cukup menampilkan karakter ketokohan seperti adegan dalam film. Dan dengan nekadnya, Rismanto mulai menjual salah satu karya drawingnya. Seorang kolektor muda, datang ke rumah Rismanto , mengoleksi salah satu karyanya.

Kami sering nongkrong di beberapa sudut kota hingga sudut gunung, seperti di kompleks percandian Ratu Boko, kompleks makam seniman di imogiri, dan yang paling sering di perempatan jalan Kasongan-Madukismo. Dari tongkrongan ke tongkrongan itulah saya mulai mengenal jalan pikiran Rismanto, yang menghendaki dirinya untuk menjadi seniman.

Beberapa minggu kemudian, kami menjadi akrab, demikian pula dengan keluarganya,Bapak , ibu dan beberapa saudaranya, dan dari snilah saya mendapatkan suatu cerita yang mendasar tentang Rismanto.

 



 

Rismanto lahir pada 29 Nopember 1972, putra kelima dari enam bersaudara, yang merupakan satu-satunya anak lelaki dari lima saudara perempuanya. Ia dibesarkan di tengah-tengah keluarganya Jawa di dusun Plurugan Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta, yang berdekatan dengan pabrik gula Madukismo. Daerah sekitar perkampungan Plurugan ketika itu masih berupa persawahan yang ditanami tebu,dengan jalur transportasi jalan rel kereta api.

Ayah Rismanto,Sudiman,k bekerja di peusahaan kerajinan batik di Prawirotaman. Ibunya, Wagiem yang biasa dipanggil simbok oleh Rismanto, seorang ibu rumah tangga yang biasa menerima pesanan membatik dari perajin batik. Sejak kecil Rismanto sudah mnelihat kerasnya perjuangan hidup kedua orang tuanya.

Rismanto masih ingat ketika itu uurnya sekitar 5-6 yahun. Ibunyda membatik untuk pensanan yang biasa dikerjakan di halaman rumahnya. Rismanto kecil sering ikut bermain di halaman bersama teman-temanya. Ia kerap melihat ibunya sering kali meliriknya, mungkin takut kalau-kalau ia bermain sampai ke sawa yang tak jauh dari rumahnya.Rismanto dan teman-temanya sering bermain yang terkadang sampai ke jalur spoor di persawahan sekitar rumahnya.



Masih segar dalam ingatan Rismanto ketika ibunya menggali lubangdi tanah berbntuk lingkaran, diameternya kira-kira sebesar tubuhnya dengan kedalaman seukuran lehernya. Rismanto dimasukanua ke dalam lubang itu. Ia tidak bisa ke mana- mana , hana tanganya meraba-raba, kemudiam meronta-ronta sambil menangis. Ibunya memberinya dedaunan dan beberapa ranting untuk bermain, tetapi ia tetap menangis. Akhrinya diangkatnya putranya itu, lalu diberinya beberapa ranting sambil mencontohkan menggambar di tanah. Rismanto kecil mualia meniru, mencoret -coret dengan jari tanganya. Ibunya merasa senang karena Si Tole(panggilan Rismanto kecil) tidak pergi ke mana-mana.

Besoknys dan hari berikutnya kejadian itu terus terulang. Kemudian ibunya berinisiatif membuatkan tempat di halaman ruahnya berupa petak tanah yang diabatasi dengan pagar dari bambu, sebagai tempat buat Rismanto menggambar yang berdekatan dengan tempatnya membatik. Ayah Rismanto, Sudirman, berinisiatif membelikanya kaertas pada larang, pensil dan beberapa spidol yang biasa dipakai untuk menggambar, maka mulailah kegiatan baru baginya yakni menggambar pada kertas. Pada waktu berikutnya setiap hari sabtu selepas gajian, ayahnya selalu membelikan kertad padalarang dan beberapa spidol. Ibunya melihat anak laki- lakinya mendapat kesenangan baru.

Ketika menginjak usia sekolah Rismanto sering ikut dengan kakaknya ke sekolah SD. hampir setiap hari ia duduk di bangku sekolah bersama kakaknya. Dan karena setiap hari ikut belajar akhirnya ia di daftarkan guru di kelas itu untuk masuk Sekolah Dasar ( SD ). Tanpa melalui sekolah TK terlebih dahulu. Di sekolah Rismanto akarab dengan teman temanya perempuan yang merupakan teman-teman kakaknya dan menggambar menjadi kagiatan yang mengasyikan bersama mereka. Wawasan Rismanto mengenai alat menggambarpun berkembang , ia mulai mendapat pernsil warna dari kakaknya. Sepulang sekolah pastilah Rismanto menggambar, objeknya bermacam-macam, mulai pemandangan, mobil , ayam, burung, dan yang paling sering menggambar spoor.

Sebagai anak laki-laki yang merngak ke usia remaja Rismanto mulai melakukan beberapa kenakalan seperti menaiki spoor tebu yang sering lewat di sekitar rumahnya menuju pabrik gula madukismo, dan ketika pulang ke rumahnya ia terus menggambar ,” Simbok says merasa senang melihat saya menggambar dibandingkan ketika melakukan kegiatan lainnya”.


Setamat sekolah SD, Rismanto melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) , sementara kreativitas menggambarnya terus berkembang dan ibunya keliatan senang sekali. Ketika melanjutkan sekolah, ia memilih Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogayakrta yang tidak jauh dari rumahnya. Di sekolah itu teknik membuat sketsa, gambar bentuk, gambar karakter alam, tetumbuhan, binatang dan manusia dipelajarinya dangan tekun. Ketika itu ia berkeyakinan, bahwa menggambar adalah dasar untuk melukis da ia sudah tahu bahwa cita-citanya memanng menjadi pelukis. ” Satu hal yang tidak bisa saya lupakan adalah Simbok saya yang kerap memanjakan saya dengan memasak makanan kesukaan saya ketika saya menunjukan gambar bikinan saya.”

Namun jalan hidup yang ditempuh Rismanto menjadi lain ketika ia dihadapkan pada kenyataan setamat sekolah lanjutan. Jalan utnuk mencari penghidupaj harus ditempuhnya.

Tahun 1997 dengan modal nekad ia mendaftkarkan diri ke studio animasi “Bening Studio” , dan harus mendapat pendidikan di studio pusat studio di Jakarta. namun yang di dapat di sana bukanya pendidikan, melainkan per-plonco-an. Ia diharuskan bekerja berhari-hari tanpa uang makan, jadinya ia hanya minum air dari kran ledeng. beruntung ada beberapa teman seniornya yang menaruh simpati, memberinya makan meskipun tidak setiap hari, hingga ia mampu bertahan tida bulan . iapun pulang ke Yogyakarta setelah dinyatakan lulus dari ajang uji coba mental di Bening Studio pusat, untuk bekerja secara resmi di Bening Studio. ketika itu bulan puasa menjelang hari raya idul fitri, ia pulang naik kereta ekonomi. Seharusnya waktu itu ia merasa bahagia karena sudah mendapatkan pelerjaan, tetapi ketika tiba distasiun Lempuyangan Yogyakarta, ia enggan pulang kerumah. Apa daya uang di dompet hanya cukup utnuk ongkos kereta. Ia bermaksut merayakan lebaran bersama keluarga besarnya, namun ia tidak memiliki uang sama sekali.

Ia terdampar cukup lama di stasiun menunggu transferan uang yang dijanjikan bos Bening Studio di Jakarta. Ia menunggu sambil memandang orang-orang yang lalu-lalang, naik turun kereta ekonomi. Makin malam, pikiran makin kacau hingga memuutuskan dalam hatinya untuk tidak kembali lagi ke Jakarta. Tidak usah bekerja di film animasi, karena tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Ia mengira bahwa kerja di stuio film itu akan berpenghasilan lebih dari cukup karena melibatkan segala kemampuan yang ada dalam dirinya, dari mulai pembentukan karakter tokoh, teknik perspektif gambar, wawasan budaya, estetika seni dan rasa. tapi pada kenyataanya semua tinggal harapan.

Esok harinya transferan uang dari bos Bening Studio tak kunjung datang. Sambil menahan lapar yang teramat sangat, Rismanto berkenalam dengan beberapa tukang parkir speda motor. Dari ngobrol-ngobrol tentang asal muasal dengan beberapa orang pedagang asongan ia mendapatkan pengakuan berikut jatah nasibungkus dan teh hangat. Salah seorang yang dituakan dari para pedangang stasiun mengatakan bahwa setiap orang yang terdampar tapi mau berkenalam dengan mereka dianggap saudara. Dan sebagai bentuk solidaritas, Rismanto mendapatkan pekerjaan sementara, narik ojeg secara bergiliran, karena hanya ada sebuah speda motor. jatah penumpang ojeg diatur oleh kemanan setempat supaya tidak rebutan. Sore harinya Rismanto sudah mendapatkan beberapa lembar uang sisa dari setoran ojeg.

Malam harinya Rismanto sudah mampu mentraktir makan teman-teman barunya.Sambil bersenda gurau di ruang parkir, sedikit pikiran Rismanto terhibur. Besok harinya lagi, ia sudah tak sungkan untuk menarik ojeg lagi, siangnya sudah bisa membeli beberpa nasi bungkus untuk makan bersama rekan-rekan pedagang di stasiun. Rasa persaudaraan mereka demikian kental.

Menginjak hari ketiga, barulah ia mendapatkan pemberitahuan bahwa uang sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah sudah ditransfer ke rekeningnya. Ia pun mengambil uang itu dan lantas pamit ke teman-teman barunya. Malam harinya denngan diiringi suara taqbiran hari raya Idul fitri yang menggema sepanjang jalan, ia pulang diantar salah satu sahabat barunya yang tak bisa dilupakan hingga kini.

Sampai di depan ibunya, rasa putus asa tentang pekerjaanya dipendamnya dalam-dalam dengan mengatakan, “besok saya mulai bekerja di stuio film animasi”. Namun ternyata ibunya tidak memperlihatkan ekspresi apa-apa, hanya mendesah, ” syukurlah kamu sudah pulang”

Beberapa hari kemudian Rismanto kembali ke Jakarta untuk bekerja di ruang kerja Bening Stuido. ia mendapat tugas membuat gambar-gambar ilustrasi film animasi yang sarat dengan karakter metaporis-simbolis dari binatang dan manusia yg diwujudkanya memalui penokohan peran cerita. Gamabr karakter tokoh-tokoh cerita itu dibuat sedemikian detail dalam mengejar kemiripan dari tiap-tiap tokoh yang diperankan supaya tidak tertukar satu sama lain. Gambar karakter seorang tokoh bisa diulang hingga ratusan kali. Dari sana lama kelamaan Rismanto mendapat keahlian sebagai pembuat gambar karakter. Dalam semalam ia mampu membuat puluhan sketsa tokoh yang menampilkan goresan garis-garis karakter yang nyaris tanpa putus. Banyak cerita yang berhasil digarapnya menjadi karya film animasi antara lain : Calon Arang, Bawang Merah Bawang Putih, Cindelaras, Timun Emas, Pangeran Katak, Hang Tuah dan lain-lain.

Ketika Rismanto mendaptkan gaji pertama dan diberikan sebagian kepada ibunya, ia melihat ekspresi ibunya datar-datar saja. Demikian pula ketika gaji-gaji berikutnya diberikan kepada ibunya untuk sekedar membayar listrik, beli mie, tleur dan kopi. Ibunya menerimanya nyaris tanpa memperlihatkan rasa senang ataupu bangga.Suatu hari saya ditemui arismanto untuk melihat karya- karya drawingnya yang akan ditawarkan ke seorang kolektor. Kami memperbincangkan karya-karya itu hingga larut malam. Dan ketika kami berbincang tentang gambar , ibu Rismanto dengan serta merta membuatkan kopi nasi gireng dan pisang goreng, kemudian menyuguhkanya kepada kami seraya berkata, ” sudah dapat berapa gambarnya?”

” Ini ada dua gambar Mbok yang akan ditawarkan.” jawab saya.

“Syukurlah !” Ungkapnya sumringah.

Keesokan harinya , seorangkolektor muda datang dan menyukai salah satu karya drawing Rismanto yang berobyek orang-orang yang sedang berburu tikus-tikus di persawahan. Karya tersebut menjadi karya pertama yang terjual. Ketika Rismanto dengan bahagianya memberikan sebagian hasil jualanya kepada ibunya, terlihat ekspresi ibunya yang demikian bahagia. kemudian dua mangkuk mie godog, dua cangkir kopi,disuguhkan ibunya kepada kami.”nanti kalau lapar lagi ambil makan saja di dapur.” Ungkap ibunya sambil tersenyum.


Hari-hari berikutnya Rismanto makin rajin menggambar yang kini disebutnya melukis. terkadang mempergunakan cat minyak dengan bermedia kanvas.Ia bahkan mengikuti beberpa pameran, antara lain pameran bersama di rumah Darmawangsa Jakarta Selatan, pameran bersama di 678 galleri Jakarta , pameran bersama di galeri Biasa Yogykarta dan pameran bersama di Ars Longa yogyakarta. Pernah juga mengikuti lomba lukis wajah Megawati Soekarno Putri di Balai Sudjatmoko Solo, dan Berhasil menjadi salah satu pemenangnya.

Namun demikian Rismanto masih harus bekerja di Bening Studio , yang ketika itu sudah memiliki cabang di Yogyakarta. Di studio animasi itu Rismanto sering menggambarkan alam Indonesia dengan kekayaan yang melimpah untuk mewujudkan dalam beberapa karya filmnya. maka tersirat dipikiranya, alangkah beruntungnya bangsa ini jika mampu memberdayakan dirinya guna memanfaatkan kekayaan alam itu bagi kemakmuran negeri ini.

Di rumah orang tuanya, Rismanto melakukan hobynya memelihara berbagai jenis burung dan ayam jantan, juga beberaa jenis tanaman hias. Dari kegiatan sampingan ini Rismanto mendapatkan pula penghasilan tambahan.



Di Bening Studio Yogayakarta Rismanto menduduki peran yang cukup terhormat sebagai penyusun story board film animasi, mentor para Junior, aktif di berbagai workshop film animasi. Pekerjaan di Bening Studio masih terus ditekuninya. Penghasilan dan wawasanya meningkat, terutama mengenai order pembuatan film. ia tertarik untuk mendirikan studio sendiri.

Tahun 2008 Rismanto mendirikan studio film animasi di rumah orang tuanya, yang diberinya nama Kene Studio dengan memperkerjakan sekitar delapan belas karyawan. Studio yang didirikannya menghasilkan beberapa judul film animasi berdurasi pendek antara lain : 7 Satria, faster, Tenang, Video clip for Funcel animation. Namun demikian Rismanto mengungkapkan keherananya tentang ibunya, ” Simbok saya pernah saya beri uamh banyak hasil kerja animasi, tetapi beliau tidak kelihatan gembira waktu menerimanya. Saya juga ingin membuktikan bahwa saya mampu bekerja dengan membuka studio di ruang depan rumah Simbok,dengnan menggaji 18 karyawan., tetapi tetap belaiu tidak keliahatan bangga apalagi bahagia. Lain sekali ketika saya memberikan sebagian hasil dari lukisan, beliau keliahtan bahagia sekali. kebahagiaan itu biasanya diungkapkanya denngan membuatkan saya mie godog atau nasi goreng dan secangkir kopi.”

Akhirnya Rismanto meninggalkan semua kegiatan animasinya. Alasan keluarnya dari Bening Studio dan Kene Studio karena ingin berkonsentrasi penuh untuk berkarya seni rupa. Alasan lainya, karena kegiatan melukisa menjadikan ibunya bahagia. ” Saya harus merevolusi diri saya sendiri supaya mampu menciptakan pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani.”

namun untuk mewujudkan cita-citanya itu ternyata tidak mudah. Terjun total menjadi seniman sepertinya belum mampu. Pada 2009 Rismanto nyantrik ke beberapa seniman di Nitiprayan sambil berjualan tanaman hias di pasar Pasti Yogykarta, yang merupakan pasar tanaman dan hewan. Di rumah orang tuanya ia juga menekni pemeliharaan burung dan ayam adu. Meski berpenghasilan tidak menentu, ia masih tetap melukis.

Pada 2010 Rismanto menikah dengan Siti Uswatun Khotijah dan setahun kemudian lahirlah anak pertamanya Jodi Tirta Ambani. Pada 2014 ia memutuskan untuk mendirikan studio lukisanya di deket kediamanya, dusun Plurugan desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta.

Pada pertengahan 2015 Rismanto datang ke kontrakan saya katanya ingin berkonsultasi tentang karya-karya barunya. Ketika sampai di studionya, saya terkagum melihat beberapa lukisan berukuran besar yang sudah siap dipajangh di pameran tunggal perdnanya. Berbagai model kendaraan spoor lengkap dengan karya miniaturnya telah terpampang di studionya. Saya kemudian menyisihkan waktu rutin untuk melihat perkembangan karya-karya Rismanto. Selama satu tahuj lebih mengamati proses berkarya Rismanto, saya mengambil kesimpulan bahwa selama ini Rismanto benar-benar memperisapkan dirinya utnuk menjadi seorang seniman.Suatu profesi yang menurutnya sesuai dengan harapan ibunya.

[AA Nurjaman]

Comments