- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Saya senang banget ketika datang ke studio Rismanto dan menyaksikan karya-karyanya. Saya melihat keindahan yang benar-benar tidak saya duga. Sebelumnya saya mengira akan melihat gambar-gambar kereta api seperti yang pernah saya lihat, tapi ternyata Rismanto menyajikan kualitas yang jauh lebih bagus daripada yang saya bayangkan.
Pada karya-karya tiga dimensinya, Rismanto mampu menaklukkan media kayu sehingga mencapai citarasa besi dan batu. Tanpa penaklukan yang melampaui teknik itu karyanya hanya akan berhenti sebagai karya yang bagus. Keren, keren. Apik tenan! Saya yakin karya-karya itu akan menjadi ciri khas Rismanto. Tak semua orang mampu membuat kayu menjadi punya rasa besi dan batu.
Saya percaya kualitas seperti itu hanya bisa dicapai oleh orang yang punya pengalaman dan pergulatan panjang. Perjuangan hidup dan pergulatan Rismanto sebagai pekerja di industri film, bahkan pernah menjadi artisan, berhasil mengantarnya sampai ke momentum yang sangat berharga ini.
Pengalaman menjadi artisan itu juga memberikan kontribusi nilai positif, karena selain bekerja di sana juga ada proses pembelajaran. Dalam tradisi kita sendiri ada proses seperti itu. Misalnya pada khazanah pesantren kita mengenal istilah “santri dalam”, setara dengan pengertian “cantrik” dalam tradisi padepokan. Santri dalam adalah orang yang belajar dan bekerja pada kiainya. Selama menjalani proses belajar dan kerja itu ia tidak berjarak dengan kiainya, sehingga ia tidak hanya menyerap ilmu tetapi juga mempelajari perilaku sang kiai. Begitu pula seorang cantrik, ia mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dari kedekatan dengan gurunya.
Dalam sebuah proses seseorang tidak hanya mengasah kemahiran ketrampilan dan menemukan teknik baru, tapi juga mendapatkan pengalaman personal. Pengalaman personal itu dalam berkesenian menjadi bekal sangat penting karena itulah yang kelak menjadi kekhasan dan membedakannya dengan karya orang lain. Ketrampilan teknik saja tidak cukup, karena di dalam seni (tak terkecuali seni rupa) yang berharga adalah kedalamannya, bukan keindahan visual.
Saya percaya, bakat adalah karunia. Tapi bakat bisa sia-sia jika tidak diimbangi dengan kesungguhan menempuh proses dan usaha keras untuk mewujudkannya menjadi karya nyata. Sebab, momen estetik hanya bisa ditangkap oleh orang yang istiqomah, yang menghayati intensitas dan kesinambungan proses kreatifnya.
Dengan merujuk pada tradisi pesantren dan padepokan itu, bagi saya Rismanto saat ini ibarat “santri ucul”, yaitu seorang santri yang lepas dari kiai dan komunitas pesantrennya karena sudah saatnya mempresentasikan diri dan karyanya sendiri. Sekarang Rismanto tampil sebagai seniman mandiri. Dalam hal ini Rismanto terbilang sangat beruntung karena ada dukungan energi untuk melakukan transformasi kreativitasnya.
Karya-karya seri kereta ini ibarat stasiun, perhentian sesaat, yang akan mengawali perjalanan Rismanto sampai jauh ke masa depan. Pada setiap langkah terdapat pengalaman, dan setiap pengalaman akan menambah kekayaan batin seorang seniman. Selamat berpameran, selamat menempuh perjalanan. Dari perjalanan itu saya berharap Rismanto akan kembali dengan membawa karya-karya baru.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment